Wednesday, December 28, 2011

beberapa ucapan, tindakan, dan kebijakan Qaddafi yang merupakan kekafiran yang nyata, sehingga para ulama dan lembaga Islam antarabangsa menghukumnya sebagai seorang kafir murtad. Syirik (menyekutukan Allah dengan selain-Nya) dan mempermainkan Allah SWT Bagi Gaddafi, Allah Sang Pencipta tidak jauh berbeza dengan parti politik pembangkang. Gaddafi menuduh Allah berbuat zalim. Dalam pertemuan dengan para pemimpin politik membahas pengguliran ‘Teori Internasional Ketiga’ di ibukota Tripoli pada tanggal 9 Ogos 1975, Qaddafi mengatakan: “Revolusi tidak secara automatik mesti selalu berwarna ‘putih’. Ia juga boleh berwarna ‘merah’ terhadap lawan-lawannya. Musuh haruslah dibinasakan. Saya katakan kepada kalian, agama-agama juga membinasakan para lawannya. Allah juga membinasakan para lawannya, padahal Allah juga yang telah menciptakan mereka. Jadi setiap orang membinasakan para lawannya.” Gaddafi mempermainkan Allah dan menyamakan dirinya dengan Allah. Dalam Al-Qur’an (QS. Al-Haj (22): 73), Allah menentang tuhan sesembahan kaum musyrik untuk bersatu demi menciptakan seekor nyamuk. Dalam pidato kenegaraan tanggal 1 Oktober 1989 untuk memperingati terusirnya penjajah Itali dari bumi Libya, Gaddafi mengatakan: “Aku menentang kalian sebagaimana Dia berfirman kepada mereka; ‘Buatlah untukku seekor nyamuk saja!’ Dia menentang mereka yang mengatakan ‘Allah bukanlah apa-apa.’ Dia menantang mereka ‘Buatlah untuk Kami seekor lalat!’ Maka aku tentang kalian: ‘Buatlah untuk kami Pepsi saja!’ Gaddafi membandingkan Allah dengan manusia. Jika Allah menjadi tuhan di langit, maka rakyat juga menjadi tuhan di bumi. Dalam pidato kenegaraan tanggal 1 Oktober 1989 tersebut, Gaddafi juga menyatakan: “Rakyat itu seperti Allah…Allah di langit, dan rakyat di bumi. Dia tidak memiliki sekutu. Jika Allah memiliki sekutu, Dia akan berfirman ‘Mereka akan mencari jalan untuk naik kepada Pemilik ‘Arsy’. Jika ada tuhan-tuhan selain Dia, niscaya setiap tuhan akan mengatakan ‘Aku ingin menjadi Tuhan.’ Jika Dia berada di Arsy, niscaya tuhan-tuhan lain akan melakukan kudeta untuk menjatuhkan-Nya…Rakyat di atas bumi juga harus seperti ini, menjadi tuhan di atas buminya.” Dalam pidato kenegaraan tanggal 27 Desember 1990, Qaddafi mengatakan, “Rakyat adalah penguasa di atas muka bumi. Rakyat menentukan apapun di bumi yang ia kehendaki. Adapun Allah berada di langit. Maka tiada penengah antara kita dengan Allah.” Inilah prinsip sekularsime yang dipraktikkan Gaddafi di Libya. Seluruh ajaran Al-Qur’an dan as-sunnah dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, militer, dan lainnya dicampakkan. Ajaran Islam hanya diakui dalam urusan ibadah ritual belaka. Sebagai gantinya, di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, militer, dan lainnya Gaddafi menerapkan undang-undang positif yang ia karang sendiri. Ia menamakannya al-kitab al-akhdar, Kitab Hijau (Green Book). Terbit dalam bahasa Arab, Kitab Hijau menggariskan tiga dasar, yaitu “Demokrasi berdasarkan Kekuasaan Rakyat,” “Ekonomi Sosialisme” dan “Teori Internasional Ketiga.” Perkara itu lalu menjadi panduan bagi sistem demokrasi ala Khadafi, sekaligus panduan politik luar negeri Libya. Baca lagi di sini Posted in: ghaddaf

No comments:

Post a Comment