Saturday, December 31, 2011

Apakah Demokrasi Sejalan Dengan Islam? 0 Garnizun Abu Askar AlFatih | 10:40 | ac-DEMOKRASI SISTEM KUFUR Jangan Samakan Diriku Yang Manusia Dengan Seekor Monyet Perbedaan Manusia Dengan Monyet: Manusia=Monyet? Monyet=Manusia? Saya ingin menjelaskan pendapat saya melalui cerita, semoga lebih mudah dipahami dengan lebih "soft". Selamat menyimak. Seorang Murid bertanya kepada Gurunya. Murid : Pak Guru, saya sedang bingung Nih Guru : Emang bingung kenapa? Murid : Teman-teman saya berbeda pendapat tentang demokrasi. Yang satu mengatakan bahwa demokrasi sejalan dengan Islam, pendapat yang lain mengatakan bahwa Demokrasi bertentangan dengan Islam. Mana yang benar? Guru : Kalau menurut kamu sendiri mana yang benar demokrasi sejalan dengan Islam, atau bertolak belakang dengan Islam. Murid : Kalo menurut saya Pak guru, demokrasi sama dengan Islam. Guru : Kenapa? Murid : Dalam demokrasi ada pemilu, di dalam islam juga ada. Guru : Terus? Murid : Dalam demokrasi ada musyawarah sama dengan Islam. Guru : Terus apa lagi? Murid : Dalam demokrasi ada wakil rakyat (DPR), di dalam Islam ada Majelis Wilayah (setingkat DPRD) dan Majelis Umat (seperti DPR). Guru : Ada lagi? Murid : Dalam demokrasi yang menentukan seseorang jadi penguasa atau tidak adalah rakyat sama seperti dalam Islam. Guru : Terus dengan adanya persamaan-persamaan tersebut kamu menyimpulkan demokrasi = Islam atau demokrasi tidak bertentangan dengan Islam? Murid : Ya pak Guru . Guru : Sekarang giliran pak Guru yang bertanya. Mau tidak kamu disamakan dengan monyet? Murid : Ya Gak mau dong pak guru ! Guru : Looooh. kan sama-sama punya mata, sama-sama punya telinga, jumlah kaki dan tangannya sama, bentuknyapun mirip. kenapa tidak mau disamakan dengan monyet? Murid : Ya, meskipun dalam beberapa hal ada persamaan, monyet adalah binatang sementara kita adalah manusia. Monyet tidak punya akal, sementara kita punya Pak guru. Guru : Jawabanmu benar. Adanya persamaan tidak lantas membuat dua hal yang memiliki persamaan kemudian dikatakan sama. Demikian juga halnya Islam dengan demokrasi. Manusia ibarat Islam, demokrasi ibarat monyet. Benar bahwa dalam Islam dan Demokrasi ada pemilu, tapi ingat di dalam Islam siapapun yang terpilih aturan yang diterapkan adalah aturan ALLAH. Sedangkan dalam demokrasi Syariat Islam adalah Pilihan, bahkan faktanya ketika partai Islam yang mengusung syariat Islam memenangkan pemilu akan digagalkan sedemikian rupa. Benar bahwa dalam demokrasi dan Islam ada wakil rakyat, namun wakil rakyat di dalam Islam tidak membuat hukum, tidak menentukan halal-haram, wakil rakyat di dalam Islam (Majelis wilayah dan majelis umat) hanya melakukan aktivitas memberikan pendapat dan muhasabah terhadap kebijakan penguasa. Benar bahwa penguasa dalam demokrasi dan Islam diangkat oleh rakyat, namun dalam demokrasi penguasanya bernama presiden di dalam islam namanya kholifah. Dan metode pengangkatannya adalah adalah dengan baiat. Benar pula bahwa di dalam demokrasi dan Islam dikenal musyawarah. Namun di dalam demokrasi semua hal bisa dimusyawarahkan sementara di dalam Islam yang bisa dimusyawarahkan adalah hal-hal yang mubah. dan didalam Islam ada kalanya musyawarah tidak dipakai ketika wahyu sudah menetapkan. Lihatlah bagaimana rosul tidak mempedulikan pendapat kaum muslimin ketika terkait pernjanjian hudaibiyah. dan satu hal terpenting sebagaimana "akal" yang membedakan manusia dengan monyet. Bahwa di dalam Islam, sesuatu yang boleh tidak akan pernah berubah menjadi terlarang seperti dalam demokrasi. Didalam Islam menikah dengan perempuan berusia 12 tahun adalah boleh sementara dalam demokrasi bisa tidak boleh (haram), di dalam Islam poligami selamanya mubah, tapi dalam demokrasi bisa menjadi terlarang, Sementara mendirikan tempat perzinahan/pelacuran terbesar se-Asia Tenggara yaitu Doli diSurabaya dalam Demokrasi diperbolehkan sedang hukum Allah sangat melaknatnya bahkan orang yang berzina 40 radius rumahnya akan kecipratan dosanya semua walaupun tidak tahu, di dalam Islam meminum khamer adalah terlarang sedikit maupun banyak, dalam demokrasi bisa menjadi boleh, bahkan berdirinya pabrik khamer adalah sebuah keniscayaan dengan izin dari anggota-anggota dewan. Jadi dalam hal ini anggota dewan dalam sistem demokrasi bisa bertindak sebagai Tuhan, yang menentukan boleh tidaknya sesuatu. Murid : Demokrasi bisa menempatkan manusia setara dengan Tuhan, sampai segitunya Pak Guru? Guru : Benar, Tidak boleh seorang muslim mengharamkan apa yang telah dihalalkan Allah atau menghalalkan apa yang telah diharamkan-Nya. Tentang hal ini, At-Tirmidzi, dalam kitab Sunan-nya, telah mengeluarkan hadits dari ’Adi bin Hatim –radhiya-Llahu ’anhu--- berkata: ’Saya mendatangi Nabi saw. ketika baginda sedang membaca surat Bara’ah: ”Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai Tuhan selain Allah dan (juga mereka mempertuhankan) al-Masih putera Maryam.” (TQS. At-Taubah [9]: 31) 'Adi bin Hatim (sahabat nabi yang dulunya orang nasrani) menyatakan bahwa orang-orang nasrani tidak tidak pernah menyembah orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka. kemudian Rosul bersabda: ’Mereka memang tidak beribadah kepadanya, tetapi jika mereka menghalalkan sesuatu untuknya, mereka pun menghalalkannya; jika mereka mengharamkan sesuatu untuknya, maka mereka pun mengharamkannya.” Jadi, menetapkan hukum yang tidak bersumber dari al-Quran dan As-Sunnah adalah perbuatan yang bertentangan dengan akidah Islam, dan ini terjadi dalam sistem demokrasi. Bahkan dapat dikategorikan perbuatan menyekutukan Allah SWT. Seorang muslim wajib terikat kepada syariah Allah, wajib mengambil hukum dari wahyu Allah semata, dan menolak undang-undang atau peraturan buatan manusia yang bertentangan dengan hukum Allah SWT Murid : Jadi demokrasi berbeda dengan Islam dong Pak Guru. Guru : Ya, Islam dan demokrasi ibarat Manusia dan monyet, tidak bisa disamakan dan tidak akan pernah bisa disamakan! Murid : Ya......

No comments:

Post a Comment